ESQ (1999) Rediscovery dalam Konsep Altered Traits (2017) ala Daniel Goleman

Di Indonesia, konsep keseimbangan hidup dan upaya peningkatan kesuksesan telah popular dengan adanya buku ESQ yang ditulis oleh DR (HC) Ary Ginanjar Agustian pada tahun 1999. Konsep ini telah mewujud menjadi berbagai jenis training dan program pengembangan diri. Pengembangan tim kerja dan pengembangan budaya korporasi yang telah tersebar di banyak tempat, bahkan hingga ke banyak negara.

Tahun 1995, Daniel Goleman telah memperkenalkan konsep Emotional Intelligence. Namun ada yang kurang disana. Daniel tidak membahas mengenai pentingnya spiritualitas. Namun pada tahun 2017, Daniel Goleman, penulis buku fenomenal; Emotional Intelligence, telah meluncurkan bukunya yang berjudul Altered Traits.

Buku Altered Traits ini ia tulis bersama seorang kawannya sejak bersekolah di Harvard, yaitu Richard J Davidson, yang kini menjabat sebagai profesor psikologi dan psikiatri di Wisconsin-Madison University. Istimewanya, buku ini mengungkapkan bagaimana peran Spiritualitas dalam meningkatkan emotional intelligence.

Secara khusus, Goleman dan Davidson dalam video presentasi pada sesi yang direkam oleh Harvard Business Review. Tema yang dibahas adalah “Does Mindfullness Really Works”. Mereka menggunakan kerangka dan data yang berasal dari buku “Altered Traits” yang dibuat bersama-sama oleh Goleman dan Davidson.

Dalam video presentasi tersebut dibahas tentang 42 wawancara mendalam kepada para CEO yang mempraktekkan mindfulness. Hal yang menjadi penemuan adalah bahwa para CEO tersebut tidak semata-mata melakukan meditasi secara spiritual. Namun ada dampak dari meditasi atau ibadah spiritual tersebut yang meningkatkan kompetensi atau kecerdasan emotional. Kecerdasan emosional yang bermula dari makna dan hikmah yang didapatkan oleh para CEO dari hasil meditasi atau perenungan dalam ibadah spiritual tersebutlah yang mereka kembangkan dalam bentuk berbagai sikap emosi yang cerdas, matang dan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.

Diantaranya adalah keterampilan self awareness atau latihan mawas diri, meningkatkan self management dalam hal mengendalikan emosi dan pikiran, serta mereka juga mengembangkan empati sebagai bagian dari disiplin cinta kasih dalam beragama, dan juga para CEO itu meningkatkan kemampuan social skills mereka.

Goleman dan Davidson juga menyampaikan bahwa tidak bisa seseorang hanya mempraktekkan Mindfulness atau meditasi, bila tanpa memiliki seseorang yang dapat memandu perjalanan spiritual mereka. Untuk itu, penting bagi tiap orang yang ingin menempuh jalan spiritual, untuk memiliki pemandu yang telah benar-benar menerapkan kehidupan yang shalih dalam kesehariannya.

Kembali ke soal mindfulness. Suatu disiplin mindfulness tidak bisa dilakukan bila tanpa makna yang dapat dipetik. Adalah penemuan makna hidup, yang merupakan hal yang bersifat mendalam (deep) dan transformative (life changing), yang dapat ditemukan oleh mereka yang melakukan disiplin mindfulness. Dalam hal ini Goleman membahasakan mindfulness sebagai praktek mengendalikan atensi di otak kita. Namun, Davidson menyampaikan bahwa bukan hanya disiplin pikiran yang membuat seseorang memperoleh kesuksesan. Namun, berubahnya sifat (traits) menjadi lebih baik, lebih mulia, dan berubahnya cara seseorang dalam berhadapan dengan orang lain adalah karena pikirannya sudah lebih baik, balanced dan lebih sehat (healthy minds) sebagai hasil dari ibadah, meditasi, dan mindfulnessnya-lah, yang membuat seseorang mampu mencapai berbagai kesuksesan.

Secara rinci, mindfulness ini serupa dengan konsep Zero Mind Process (ZMP) yang telah diajarkan ESQ sejak tahun 2000an di Indonesia. Konsep ini juga dikembangkan ESQ di banyak negara di Asia, di sejumlah negara di Eropa, ke sejumlah negara bagian di Amerika, dan hingga ke Maroko, Mesir di Afrika. Dalam konsep ZMP, kita menumbuhkan muraqabatullah, rasa selalu dalam pengawasan Allah SWT, untuk memicu konsep Ihsan dari prinsip Tauhid.

Secara rinci, dijelaskan oleh Davidson bahwa perubahan dapat terjadi di otak sebagai hasil dari ibadah, meditasi, dzikir, atau muraqabatullah atau mindfulness ini sebagai hasil dari penguatan di bagian uncinnate fasciculous, yaitu bagian otak yang menghubungkan antara prefrontal cortex dengan amygdala. Prefrontal korteks adalah fungsi eksekutif di otak kita, letaknya di belakang dahi kita. ia merupakan otak berpikir yang berkembang pada manusia, dan tidak berkembang pada mamalia selain manusia.

Sementara amygdala adalah otak primitif yang ada di bagian tengah otak kita, yang berfungsi meningkatkan kewaspadaan, rasa takut, dan rasa ingin menyelamatkan diri (fight or flight response).

Amygdala ini yang menghasilkan impuls emosional yang harus dikendalikan oleh otak. Munculnya impuls (dorongan) emosional ini sering mengambil alih kendali otak, atau sering disebut sebagai amygdala hyjack, dan membuat seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya.

Namun, Davidson juga mengungkapkan bahwa perubahan sebagai hasil dari ibadah, dzikir dan mindfullness ini bukan hanya terjadi di pikiran dan otak, namun juga terjadi pada tubuh kita. sebuah hasil penelitian dari Aetna, sebuah perusahaan kesehatan, yang mempraktekkan mindfulness adalah, terjadi penghematan biaya kesehatan sebesar $122 pada setiap pegawai per bulannya. Hal ini karena para pegawai merasa lebih sehat, dan keluhan sakit menjadi jauh berkurang. Secara perhitungan pertahun, jumlah jutaan dollar kemudian dapat dihemat oleh Aetna dari hasil perbaikan kesehatan ini.

Sebelumnya, kecelakaan yang terjadi pada CEO Aetna Mark Bertolinni, membuatnya hampir bunuh diri karena rasa sakit yang dialaminya setelah kecelakaan. Setelah ia mempraktekkan meditasi, ia dapat memprogram ulang dirinya dan rasa sakit yang dideritanya, hingga tidak lagi dianggapnya sebagai derita atau keluhan. Dengan tidak menyerah pada impuls emosi berupa rasa sakit ini, rasa sakitnya menjadi terasa lebih ringan dan ia pun menjadi lebih cepat sembuh.

Kisah Altered Traits yang menghasilkan perbaikan emosi dan pikiran, perubahan pada kinerja otak, dan perbaikan kesehatan (mind, body and brain) ini setali tiga uang dengan konsep Emotional Spiritual Quotient yang ditemukan oleh DR HC Ary Ginanjar Agustian pada tahun 1999.

Demikian juga dengan konsep Mindfullness yang dikemukakan oleh banyak pihak dan baru-baru ini populer di barat sejak tahun 2010an ini, serupa persis dengan konsep Zero Mind Process yang ditemukan DR HC Ary Ginanjar Agustian dan telah tertulis di buku ESQ sejak tahun 1999.

Semoga makin banyak bukti-bukti ilmiah lain dibuktikan dalam berbagai temuan riset saintifik di dunia barat. Ini membuktikan bagaimana ilmuwan asli Indonesia mampu mengungguli barat dalam hal menghasilkan temuan saintifik yang terbukti mumpuni dan berhasil guna.

Written by Gina Al ilmi S.Psi

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda

ESQ (1999) Rediscovery dalam Konsep Altered Traits (2017) ala Daniel Goleman