Skip to main content

Belajar Menjadi Sosok Berpengaruh Dari Aristoteles

Cara Menjadi Pribadi Yang Berpengaruh, Aristoteles
expert-in-character-building

Bagi Anda yang telah menikah, coba di ingat-ingat bagaimana Anda bisa meyakinkan pasangan Anda hingga bersedia menjadi istri atau suami Anda? Bagi orang tua, bagaimana cara Anda menolak permintaan anak yang meminta membelikan mainan?

Ya.. Sejatinya setiap manusia memang selalu berusaha untuk memengaruhi orang lain demi suatu kepentingan. Hanya saja usaha ini kita melakukannya tanpa sadar. Hal ini sudah menjadi seperti sebuah program computer yang terinstal di otak kita, dan saat kita membutuhkan, tanpa harus berpikir kita melakukannya dalam segala aktivitas.

Namun setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda di setiap alam bawah sadarnya, hingga output yang dihasilkan pun beraneka ragam. Celakanya pengalaman buruklah yang justru dominan menghinggapi pikuran dan perasaan. Hingga akhirnya secara otomatis upaya untuk memengaruhi orang lain justru dengan cara yang buruk pula.

Perlu sahabat ESQ ketahui, seni memengaruhi sudah dikenalkan oleh Aristoteles, seorang filsuf Yunani pada masa dahulu. Menurutnya, memengaruhi adalah seni. Aristoteles mengamati bahwa sebagai makhluk sosial, manusia ditakdirkan untuk memengaruhi sesamanya hampir dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.

BACA JUGA  Mati atau Sukses Bertransformasi Seperti Burung Elang

Tindakan memengaruhi selalu bertujuan lawan bicara yang berada di titik awal atau yang disebut juga sebagai titik A, bergeser menuju ke titik B, yaitu sesuai tujuan yang kita inginkan.

Menurutnya terdapat 3 elemen yang terbukti bisa digunakan saat memengaruhi orang lain, yaitu : Ethos (etika), Pathos (daya tarik emosional), Logos (logika). Untuk menghasilkan pesan yang berpengaruh dan memiliki kekuatan menggerakkan orang, maka ketiga hal tersebut harus digabungkan.

Ethos atau kredibilitas dapat tercermin dari ketulusan hati. Jika Anda ingin orang tertarik pada Anda, maka Anda perlu ketulusan hati bahwa Anda memengaruhi mereka karena niat yang baik. Namun niat baik saja tidak cukup, Anda perlu menyampaikan kalimat persuasif yang emosional hingga memiliki daya tarik. Nah terakhir emosional saja belum cukup, Anda perlu menyampaikan pesan yang tidak mengada-ada alias sesuai dengan logika orang lain yang mendengarnya.

Ingat..yang terpenting sesungguhnya bukanlah pada orang lain, namun Anda perlu bersedia memberi dukungan pada orang tersebut. Semakin Anda mendukung orang lain, semakin orang itu menunjukkan pemikiran dan perasaannya pada Anda.

BACA JUGA  Cara Menghadapi Murid yang Tidak Sopan atau Bermasalah Dengan Etika

Setujukah sahabat ESQ dengan pendapat Aristoteles? Silakan bagikan pendapat Anda di kolom komentar dan jangan lupa like & share postingan ini agar bermanfaat bagi orang banyak.


Informasi & Pendaftaran Training ESQ

ESQ Public Speaking - Training Public Speaking Terbaik di Jakarta

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.