Eqi seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun. Dia anak yang penyayang dan peduli pada siapa saja yang ditemuinya, meski baru kenal.
Si ayah sangat memperhatikan Eqi, meski saat sibuk. Sebelum ayahnya berangkat tugas, biasanya Eqi minta diajak berputar-putar dengan mobil di sekitar kompleks.
Suatu hari, Eqi duduk di samping ayahnya. Tapi kali ini Eqi begitu asyik memainkan charger telpon genggam ayahnya.
Eqi berimajinasi tengah melakukan pengeboran dan dipindahkannya charger dari satu tempat ke tempat lainnya.
Ketika mobil sudah selesai berputar, Eqi tak keberatan untuk turun dari mobil. Namun tangannya tetap memegang charger.
Sang ayah yang saat itu handphone-nya kehabisan baterai meminta charger itu. Eh, namun Eqi tak mau. Dibujuk pun tak mau dan diberi pengertian juga bergeming.
Dengan berat hati sang ayah mengambil charger sambil meminta maaf, karena dirinya benar-benar butuh untuk menghubungi beberapa orang pagi itu.
Apa yang terjadi kemudian?
Eqi berontak dan menangis keras. Ia bermaksud merebut kembali charger namun sang ayah sudah masuk kembali ke mobil. Ayah enggan menoleh karena tak tega menyaksikan wajah anaknya meronta-ronta.
Setelah mobil melaju cukup jauh, hati sang ayah tak tentram. Tak lama kemudian handphone-nya berbunyi.
Saat diangkat terdengar suara tangisan keras di ujung sana. Sang ayah memberi pengertian namun tangisan Eqi malah makin keras.
Setelah handphone ditutup, handphone kembali berbunyi dan Eqi masih menangis. Hati ayah pun luluh. Dibelokkannya mobil kembali ke rumah untuk memberikan charger pada Eqi dan membeli yang baru di toko terdekat.
Kejadian serupa di atas mungkin Ayah dan Bunda pernah mengalaminya. Kejadian yang cukup umum dilakukan anak-anak yang memaksakan keinginannya.
Sebagian orang menyebut sifat itu adalah egois yang khas dimiliki anak. Namun ayah Eqi memiliki pendapat yang berbeda.
Menurutnya, anak-anak dilahirkan suci dengan sifat-sifat positif. Anak-anak memiliki potensi kreatif dengan segudang imajinasi dan kegigihan meraih tujuan.
Coba tengok semua anak normal yang belajar berjalan. Meski terjatuh puluhan kali tak akan membuatnya kapok untuk mencoba lagi. Mereka tak takut gagal, hingga akhirnya bisa berjalan.
Begitu pula ketika anak-anak itu beranjak besar. Sementara kita orang dewasa terkadang menjadi sosok yang tak berani mencoba, mudah menyerah, cepat putus asa, dan takut gagal.
Eqi dan kebanyakan anak hampir selalu berhasil meraih apa yang diinginkan karena KEGIGIHAN mencapai tujuan. Itulah mengapa sejumlah pengamat bisnis mengatakan bahwa salah satu kunci sukses ialah persistance (kegigihan).
Untuk itu ayah dan bunda jangan sampai menerapkan pola asuh dan pendidikan yang salah. Kesalahan yang bisa berakibat memangkas KEGIGIHAN itu.
Sebuah potensi alami yang sebenarnya dianugerahkan Allah Subhanallahu wa Ta’ala pada semua anak yang terlahir di dunia.
Lalu… Seperti apa itu pola asuh dan pendidikan yang tepat. Untuk mengetahuinya temukan di “Training ESQ Parenting” dan “Training ESQ Kids/Teens”.
Jika Ayah dan Bunda tertarik join, silakan katakan SAYA di kolom komentar. Nanti tim ESQ akan memberikan info detail dan membantu Anda.
Salam 165
Nah, bila bunda ingin sukses mendidik anak di zaman ini, yuk gabung bersama kami di Training ESQ PARENTING. Training akan dibawakan langsung oleh  Ary Ginanjar Agustian dan diadakan di Menara 165 – Cilandak, Jakarta Selatan.
Dapatkan tulisan-tulisan yang menginspirasi dari ESQ 165 Great Family Series dengan like halaman facebook https://www.facebook.com/Esq165GreatFamily/
Informasi dan pendaftaran Training ESQ untuk Keluarga silahkan kunjungi ESQ 165 Great Family Series
Anda Ingin segera meraih pencapaian tertinggi dalam hidup Anda?
Dapatkan Informasi Training, Tips Menarik dan Artikel Inspiratif dari ESQ 165 melalui email Anda