Skip to main content

Integritas di Tengah Badai Godaan

expert-in-character-building

Mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah sulit. Namun pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pegang berbenturan dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah tetap memegangnya, atau kita biarkan tergilas oleh keadaan.

Kejahatan itu datang bukan karena ada niat pelakunya saja tetapi karena ada kesempatan. Kriminal dapat terjadi dimana saja saja ketika ada kesempatan, mungkin ketika kita sedang membutuhkannya atau ketika tidak ada orang yang melihat. Hal inilah yang saya lakukan dengan konsisten, karena sejak kecil saya selalu diajarkan nilai kejujuran oleh orangtua saya.

Sebenarnya saya hanya meniru apa yang dilakukan oleh ayah saya yang berprofesi sebagai seorang supir. Tanpa saya sadari akhirnya perilaku beliau yang teladan melekat dalam diri saya dan menjadikan disiplin, pantang menyerah, responsible, dan integrity adalah salah satu dari sifat beliau. Belajar bertanggung jawab dan jujur dalam hal kecil ataupun hal yang terlihat sepele tetapi mungkin dapat menyebabkan akibat yang besar bagi orang lain.

Jumat 31 Januari 2014 lalu saya menemukan sebuah dompet warna coklat motif saat sedang melintas di jalan Perum Bojong Depok Baru 2. Saat itu saya menggunakan kendaraan bermotor dan melewati tikungan sebelum jembatan baru kali Ciliwung pada pukul 20.45 malam hari. Dompet tersebut saya bawa pulang lalu saya buka. Di dalamnya terdapat STNK motor, SIM C, ATM BCA, ATM BII CMB, kartu ASKES, kartu keluarga, anting emas, beserta uang cash senilai 2.315.000,00 (Dua juta tigaratus limabelas ribu) dan KTP dengan identitas Ayu Anita seorang pegawai pramuniaga store.

Ketika tersadar bahwa ini adalah akhir bulan saya langsung berpikir bahwa mungkin ini adalah uang gajinya yang baru saja diambil dari ATM. Pasti pemiliknya sedih sekali karena hasil kerja kerasnya selama satu bulan hilang begitu saja. Tapi saya berpikir dua kali apakah mungkin ini rezeki saya atau pertolongan Tuhan untuk keluarga kami yang sedang mengalami krisis keuangan mengingat bahwa ayah saya hanya seorang supir yang tidak seberapa penghasilanya untuk menghidupi 3 orang anak, dan istrinya. Sedangkan dua orang anaknya masih kuliah dan adikku yang masih sekolah kelas 6 SD.

BACA JUGA  Mengapa Perlu Coaching untuk Membangun Mental Calon Pebisnis?

Saya ingat waktu saya berada dalam mobil yang dibawa ayah ketika saya ingin mengambil uang logam 500 perak diantara uang ribu-ribuan lainnya didekat perseneling, beliau mengatakan, “Jangan..! Itu uang kembalian tol tadi punya pak Ibnu”. Sontak saya kaget karena begitu tegasnya suara ayah saya untuk jujur walaupun terlihat kecil. Tersadar saya dari pikiran jahat saya, bahwa bukan hanya saya yang mengalami hal sukar dalam hidup. Karena saya yakin Tuhan pasti punya cara yang lebih indah ketika kita tetap setia dalam menjalankan perintah dan laranganNya.

Dengan segera saya memberitahukannya kepada ayah saya untuk mengantarkan saya ke tempat pemilik dompet sesuai alamat yang tertera dalam identitasnya. Sempat terbesit dalam pikiran saya untuk mengambil dompet tersebut menjadi hak milik saya, toh tidak ada yang tahu ini siapa yang menemukan dompet miliknya. Karena saya pun juga sangat membutuhkannya. Namun saya diingatkan suatu hal. Andai saya yang berada di posisi dia pasti saya pun mengaharapkan dompet tersebut dikembalikan.

Ketika saya bertemu dengan pemiliknya yang sedang menangis terus-menerus tiada henti sampai saat saya datang. Saat itu juga wajahnya kembali girang dan menghapus air matanya sambil mengucapkan terimakasih dan memeluk saya. Saya bisa merasakan betapa bahagianya dia. Ketika itu Tuhan menolongnya melalui saya.Tapi di sisi lain saya merasakan kesedihan yang dalam dan terus bertanya cobaan apalagi yang ingin Tuhan berikan dalam hidup saya dan keluarga saya untuk saya tetap menjadi seorang yang tegar dan lebih baik lagi.

BACA JUGA  Motivator Remaja, Ayah Bunda inilah 3 Hal Yang Disukai Remaja, Kenalilah

Pada tanggal 27 Januari lalu saya didiagnosa menderita kelenjar getah bening dan menurut Dr. Lestari Handayani, M.Kes, SpTHT-KL (RS. JAKARTA) saya harus segera mendapat penanganan dan dirawat di rumah sakit. Namun saya tidak mau dirawat karena saya yakin mukzijat kesembuhan pasti ada. Saya hanya berobat jalan hingga saat ini. Beberapa hari setelah itu ayah saya mengalami kecelakaan saat sedang mengisi bensin di salah satu pom bensin. Ayah menabrak SPBU, mobil kijang, dan 2 orang di dekatnya. Ujian yang sangat berat dan pertama kalinya bagi saya, ketika ayah saya ditahan oleh polisi dengan status diberhentikan dari pekerjaannya tanpa pesangon apapun serta harus bertanggungjawab atas kecelakaan tersebut. Dan harus membayar gati rugi SPBU yang hancur ditabraknya.

Tergambar wajah kesedihan dan depresinya ayah saya di dalam pesan singkatnya, “Cha, maafkan papah. Papah sayang sama Icha. Icha jangan sedih, papah gak kenapa-kenapa kok. Icha sayang adalah anak kebanggan papah.”

Ketika itu saya segera mengucap syukur karena Tuhan berkata dalam firmanNya, “Mengucap syukurlah dalam segala hal”. Pada saat itu saya berteriak di dalam kesesakan yang saya alami dan air mata pun bercucuran, lalu saya jatuh duduk bersandar ke tembok pojok toilet kampus. Padahal saat itu bisa saja saya berkata, ‘Andai duit kemarin saya simpan dan tidak saya kembalikan mungkin akan berguna saat ini’. Saya menangis dan memohon ampun kepada Tuhan atas pikiran jahat saya yang mucul lagi dan menyesalinya, tetapi saya tahu Tuhan tidak tidur. Ia tahu kesesakan saya, ayah saya dan keluarga kami. Hanya saja saya harus bersabar lebih lagi dan percaya bahwa“ada pelangi sehabis hujan dan badai yang dahsyat”.

BACA JUGA  Belajar Dari Tanaman, Belajar Dari Lotus, Belajar Dari Alam, Amazing !

Tidak hanya sekali ini saya menemukan hal yang bukan milik saya, lalu saya kembalikan kepada pemiliknya. Beberapa bulan yang lalu di tahun 2013 pun saya pernah menemukan dompet yang berisi uang beserta tiga HP bermerk bagus di toilet ESQ Business School lt.19. Saat itu tidak ada orang sama sekali di dalam toilet tapi kembali lagi saya harus berbuat jujur dan kemudian saya kembalikan ke satpam, Pak Pri untuk kemudian diumumkan. Walaupun saat itu tidak ada yang melihat tetapi sesungguhnya tidak ada satu hal pun yang tersembunyi dari diri kita di hadapan Tuhan. Karena ESQ Business School inilah saya juga kembali diteguhkan bahwa kesuksesan berasal dari nilai-nilai dasar yang sangat penting yaitu “INTEGRITY”.

Kejujuran memang benar-benar pondasi yang harus kita bangun kokoh dan jadikan itu sebagai gaya hidup untuk kita bisa mencapai kesuksesaan dengan cara yang mulia. Bukan semata-mata hanya sebuah tuntutan nilai-nilai yang harus dipegang oleh saya sebagai mahasiswi ESQ Business School saja. Betapa berharganya 5 values (integrity, passion, humility, creativity, dan professionalism) untuk hidup saya dalam mencapai kesuksesaan saya suatu saat nanti.

Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil.

Anda Ingin segera meraih pencapaian tertinggi dalam hidup Anda?
Dapatkan Informasi Training, Tips Menarik dan Artikel Inspiratif dari ESQ 165 melalui email Anda

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.