Tahukah Anda bahwa serangan penyakit jantung mengalami puncaknya pada hari Senin dibanding hari lainnya. Hal itu dilaporkan oleh British Medical Journal (BMJ) bahwa serangan jantung pada pria maupun wanita lebih sering terjadi di hari Senin. Salah satu yang dituding sebagai penyebab peningkatan serangan jantung ini adalah stres kembali ke tempat kerja setelah akhir pekan. Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa angka terendah serangan jantung adalah menjelang akhir pekan yaitu hari Kamis.
Tingginya angka stress saat kembali ke tempat kerja menunjukkan bahwa sebagian besar orang menjadikan pekerjaan sebagai beban berat bukan suatu kegiatan yang mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan. Anda bisa menilai sendiri arti pekerjaan bagi diri Anda apakah sebagai beban atau sebagai sebuah panggilan. Jika langkah Anda berat di hari Senin, dan sangat menantikan hari Jumat, besar kemungkinan Anda masih belum menemukan alasan bekerja yang dikenal dengan istilah the reason why. Pekerjaan hanya menjadi beban dan kewajiban yang harus ditunaikan sehingga tidak memberi makna atau dikenal dengan istilah meaning.
Anda juga bisa menilai rekan, kerabat, atau saudara Anda apakah kebanyakan dari mereka bergairah dan berbahagia dengan pekerjaan yang ditekuninya? Berapa banyak di antara mereka yang tidak puas dan lebih banyak mengeluhkan pekerjaannya. Saya yakin pasti jawabannya lebih banyak yang tidak bahagia dengan pekerjaannya.
Pertanyaan di atas, terjawab oleh Riset yang dilakukan oleh Gallup International yang menunjukkan bahwa hanya 1 dari 4 karyawan masuk kategori ENGAGED. Artinya hanya 26 % karyawan yang merasa TERLIBAT dengan pekerjaan dan perusahannya. Mereka mencintai apa yang mereka kerjakan dan mereka bersemangat untuk datang bekerja.
Sedangkan 2 dari 4 karyawan DISENGAGED, artinya sekitar 55 % karyawan ACUH. Mereka memencet mesin absensi, tetapi hati dan pikiran mereka kemana-mana. Terakhir 1 dari 5 Karyawan ACTIVELY DISENGAGED atau 19 % karyawan AKTIF ACUH – Mereka karyawan acuh yang menyebarkan kegalauannya, seberapa jauh mereka tidak puas pada boss-nya, rekan kerja, atau perusahaan pada umumnya (Source: Galup Management Journal 2001).
Karyawan yang termasuk dalam kategori “Disengaged” dan “Actively Disengaged” sudah jelas membahayakan perusahaan karena mereka tidak memiliki motivasi dalam bekerja. Mereka umumnya tidak puas dengan apa yang mereka peroleh, tidak puas dengan atasannya ataupun dengan lingkungan ker¬janya. Lebih buruk lagi, mereka pun berpotensi menyebarkan ketidakpuasannya tersebut dan mempengaruhi rekan-rekan lain¬nya untuk bersikap destruktif.
Motivasi karyawan dalam bekerja sangat berpengaruh terhadap kinerja dan produktifitas perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus menumbuhkan motivasi kerja karyawan agar mereka menemukan makna dan alasannya dalam bekerja yang akhirnya mem¬buat mereka mencintai apa yang dilakukannya.
Solusi atas permasalahan ini ada dua hal. Pertama bila mengikuti urutan teori kebutuhan Abraham Maslow maka perusahaan harus memenuhi kebutuhan karyawan dari mulai kebutuhan dasarnya atau basic need seperti sandang, pangan, papan dan sebagainya. Setelah itu perusahaan harus memenuhi kebutuhan karyawan akan safety need, yaitu mulai dari pensiun, asuransi, dan secara sosial diakui. Ketiga adalah social need, yaitu butuh pengakuan, kasih sayang, kebersamaan dan soliditas. Kalau tiga ini sudah terpenuhi barulah naik ke self esteem, yaitu dimana seseorang sudah mampu menikmati pekerjaan. Kalau sudah melalui tahap tersebut barulah masuk ke self actualization, yaitu hidup adalah sebuah panggilan atau call.
Studi Frederick Herzberg (1959) menunjukkan bahwa ketika kebutuhan dasar tidak terpenuhi, maka akan timbul ketidakpuasan (dissatisfaction). Namun ketika kemudian kebutuhan dasar dipenuhi, ternyata mereka tetap tidak puas (no satisfaction).
Studi Herzberg ini menunjukkan bahwa jika kita menyelesaikan masalah motivasi karyawan dengan konsep Maslow, maka mereka tidak akan pernah sampai pada self esteem dan self actualization. Kalau semua karyawan masih berpikir di basic need, maka tidak akan mungkin bicara long term vision. Akhirnya yang terjadi adalah kesenjangan antara visi dan misi perusahaan dengan visi dan misi karyawan.
Solusi kedua maka dengan membalik konsep Abraham Maslow. Jadi, dengan menjadikan self actualization di tempat yang utama sebelum mencapai basic need. Aktualisasi diri ini harus ditemukan pada saat awal seorang karyawan bekerja.
Dengan memberikan pendidikan dan latihan tentang makna bekerja maka visi dan misi hidup karyawan dapat sejalan dengan visi misi perusahaan. Hal itu akan meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, membuat seseorang bekerja tidak lagi transaksional, namun benar-benar tulus karena dia menemukan meaning dalam pekerjaannya. Karyawan yang sudah self actualization akan mampu menanggung semua beban seberat apa pun dalam bekerja. Apabila mayoritas karyawan dalam sebuah perusahaan memiliki spirit seperti ini, maka perusahaan akan bangkit di tengah perubahan sehebat apa pun.
Temukan rahasia motivasi kehidupan di Training ESQ :
1. ESQ New Chapter Training
disini akan ditanamkan sebuah pemahaman bagaimana bisa melahirkan manusia sifat “Super Agility” tersebut.
Info lebih lanjut :
2. ESQ Quantum Excellencent Training
yang akan membuat Anda tahu, paham dan mempraktekkan bagaimana cara melahirkan Kecerdasan Quantum atau Meta Kecerdasan itu.
Info lebih lanjut :
Salam 165
Ary Ginanjar Agustian
Anda Ingin segera meraih pencapaian tertinggi dalam hidup Anda?
Dapatkan Informasi Training, Tips Menarik dan Artikel Inspiratif dari ESQ 165 melalui email Anda